Lombok Barat, Gpansorntb.org | Majelis Dzikir dan Sholawat (MDS) Rijalul Ansor Nusa Tenggara Barat (NTB) menetapkan dua fokus utama dalam Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) yang diselenggarakan pada Selasa, 4 Februari 2025, di Mako PW Ansor Villa Harmoni, Banyumulek, Lombok Barat. Selain memperkuat kaderisasi melalui program Dirosah Ula dan Dirosah Wustho, peningkatan kapasitas pengelolaan media pesantren juga menjadi prioritas untuk menghadapi tantangan dakwah di era digital.
Ketua MDS Rijalul Ansor NTB, Ahmad Jumaili, menekankan bahwa penguatan media pesantren merupakan kebutuhan mendesak untuk memastikan keberlanjutan dakwah Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
“Kami ingin memastikan bahwa seluruh aktivitas pesantren dapat dipublikasikan dengan baik melalui berbagai platform media. Oleh karena itu, kami akan melatih para admin media pesantren agar mampu mengelola konten foto, video, hingga live streaming secara profesional,” ujar Ahmad Jumaili dalam keterangan persnya.
Ia menambahkan bahwa program ini bertujuan untuk meningkatkan visibilitas pesantren, memperluas jangkauan dakwah, dan menginspirasi masyarakat melalui dokumentasi berbagai kegiatan keagamaan, pendidikan, dan sosial. Pelatihan akan mencakup teknik dasar fotografi, videografi, editing, hingga strategi manajemen media sosial berbasis dakwah Aswaja An-Nahdliyah.
Kaderisasi Melalui Dirosah Ula dan Dirosah Wustho
Selain penguatan media, Rakerwil juga menegaskan pentingnya program Dirosah Ula dan Dirosah Wustho sebagai upaya mencetak kader-kader ulama muda Nahdlatul Ulama. Program ini membekali kader dengan pemahaman keislaman yang mendalam, kecakapan dalam mengelola organisasi, serta keterampilan praktis seperti pelatihan tahjizul mayyit (memandikan jenazah), penyembelihan hewan qurban, dan pelatihan-pelatihan yang relevan dengan kegiatan pengabdian masyarakat.
“Kaderisasi adalah jantung organisasi, sedangkan media adalah corong dakwah. Keduanya harus berjalan beriringan untuk menjaga dan menyebarkan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah,” tegas Ahmad Jumaili.
Ia menambahkan bahwa kaderisasi tidak hanya sebatas transfer ilmu, tetapi juga pembentukan karakter dan integritas yang kokoh. MDS Rijalul Ansor NTB menargetkan peningkatan kualitas kader di seluruh wilayah NTB dengan penekanan pada penguatan pemahaman keagamaan, kepemimpinan, dan pengelolaan program dakwah yang efektif.
Program Strategis Lainnya untuk Mendukung Visi Organisasi
Selain dua fokus utama tersebut, Rakerwil MDS Rijalul Ansor NTB 2025 juga menghasilkan sejumlah program strategis lainnya yang mendukung visi organisasi dalam menjaga dan mengembangkan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah. Program-program tersebut meliputi:
1. Dakwah dan Taklim:
Program Layatan Rijalul Ansor dan Kajian Bulanan untuk memperkuat dakwah langsung di tengah masyarakat. Tujuannya adalah memperluas jangkauan dakwah serta mempererat hubungan emosional antara kader dengan masyarakat.
2. Pembinaan Qurro’ dan Huffadz:
Pelatihan seni baca Al-Qur’an (tilawah) dan penyelenggaraan Haflatul Qur’an untuk menumbuhkan kecintaan terhadap Al-Qur’an di kalangan generasi muda. Diharapkan dengan program ini MDS Rijalul Ansor dapat melahirkan lebih banyak qari’ dan huffadz yang berkompeten dari kader-kader muda di Ansor.
3. Pelestarian Budaya Islam Nusantara:
Revitalisasi tradisi Nyaer dan Hikayat, dua bentuk seni sastra lisan yang memiliki akar kuat dalam budaya Islam Nusantara. Juga akan dilakukan penulisan biografi para Muassis (pendiri) NU di NTB untuk melestarikan sejarah perjuangan para ulama dan menanamkan nilai-nilai keulamaan di kalangan generasi muda.
4. Program Penghijauan:
Inisiatif penanaman 25 ribu pohon di lingkungan pondok pesantren sebagai bagian dari kontribusi nyata terhadap pelestarian lingkungan hidup. Program ini merupakan bentuk dakwah ekologis, yang mengajarkan bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari ajaran Islam.
“Kami optimis, dengan sinergi yang baik, MDS Rijalul Ansor NTB dapat memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan umat dan bangsa. Dakwah Aswaja harus hadir di setiap ruang, baik secara langsung maupun melalui media digital,” pungkas Ahmad Jumaili. []